Senin, 30 Mei 2011
Mengapa Saya Gagal Melakukan EKG..???
- Salah Pasang Elektoda Ekstremitas.
Kamis, 19 Mei 2011
Penanganan Awal Luka Tertusuk Paku
Pernah tertusuk paku atau benda yang terbuat dari logam? Bisa di kaki, di tangan atau di bagian tubuh lainnya. Kali ini mencoba berbagi pengalaman pas dinas diruang Gawat Darurat, jadi ya karena ini cerita pengalaman, berarti gak ilmiah-ilmiah banget. Tapi saya akan berusaha mengingat dan menjelaskan secara ilmiah. Apa sih yang terbayang pertama kali ketika tertusuk paku??? Saya yakin setidaknya 8 dari 10 orang yang ditanya akan khawatir terkena tetanus, karena memang kita sudah diajarkan dari jaman dulu, yang namanya paku itu pasti berkarat, nah bakteri Clostridium tetani memang suka menempel disitu. Lalu apakah benda lain juga tidak bisa? Salah, semua benda bisa menjadi tempat perindukan kuman tetanus. Dulu sewaktu saya kuliah, saya pernah membaca sebuah artikel seorang profesor meninggal karena penyakit tetanus, selidik-punya selidik, eh ternyata kuman tersebut didapat ketika setelah makan profesor tersebut memakai tusuk gigi dan melukai gusinya, nah dari situlah pertama kali kuman tersebut masuk kedalam tubuh.
Untuk menghadapi luka tusuk, itu susah-susah gampang, kadang juga ribet tergantung jenis lukanya sih. Apabila tertusuk paku pada telapak kaki, yang harus pertama kita lakukan adalah dengan mencabut paku tersebut, berikutnya adalah proses membersihkan luka hingga benar-benar bersih. Pembersihan luka dimulai dengan memberikan anastesi lokal, lazimnya sih menggunakan lidocain, injeksikan mengelilingi sekitar luka tusukkan. Setelah itu, buat robekan luka secara teratur membentuk huruf “X” dengan titik tengah persilangan adalah luka tusuk (membuat robekan dilakukan pada luka tusuk yang sempit), lebar dan dalamnya menyesuaikan dengan dalamnya luka. Tujuan dibuat robekan luka adalah agar mempermudah pembersihan kotoran didalam luka tusuk. Setelah membuat robekan, siramlah dengan larutan H202, biasanya akan timbul buih, gosoklah dengan kuat, benar-benar digosok, sampai benar-benar bersih tak tertinggal bekas karat yang menempel ataupun kotoran yang masih tersisa. Ingat! Gosok dengan kuat, baru setelah benar-benar bersih, bilas luka dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% tekan-tekan sekitar luka hingga berdarah, tujuannya adalah untuk menghilangkan cairan H2O2 serta membersihkan luka. Langkah terakhir adalah sterilkan luka dengan cara menyiram dengan cairan IODINE (Betadhine).
Yang harus diingat untuk langkah berikutnya adalah, Clostridium tetani adalah jenis kuman anaerob, jadi hidup dengan kadar oksigen yang sangat sedikit, jadi HARAM hukumnya untuk membungkus luka atau menutup dengan kasa yang sangat rapat, sehingga sirkulasi udara terganggu. Biarkan luka tetap terbuka, karena hal tersebut akan menghambat pertumbuhan kuman tetanus jika ada, namun kebersihan lukan dan kesterilan luka juga perlu diperhatikan.
Pemberian Serum Anti Tetanus juga perlu dipertimbangkan untuk diberikan, namanya juga berjaga-jaga. Serum Anti Tetanus ada 2 jenis, nah sebagai perawat jika mendapat order untuk memberikan serum ini harus diperhatikan. Serum anti tetanus ada dua jenis, yang pertama adalah serum yang dibiakkan dari kuda (Anti Tetanus Serum), nah karena sifat kuda dengan manusia yang tentunya lain, maka sebelum menginjeksikan secara IM, maka harus dilakukan uji alergi obat (Skin test), caranya adalah dengan menggunakan spuit 1 cc, ambil 0,1 lalu encerkan dengan aquadest hingga 0,5 – 1 cc kemudian injeksikan dengan cara IC, lingkari dan tunggu 10 – 20 menit, bila tak muncul gejala gatal, panas atau kemerahan, maka aman untuk diinjeksikan, dan harus diingat, dosis dewasa dan anak-anak untuk obat ini berbeda. Serum yang kedua adalah serum yang dibiakkan menggunakan organ manusia (Tetagam), kalo penggunaan obat ini lebih mudah, bisa langsung diinjeksi secara IM, dan dosis dewasa maupun anak-anak sama, yaitu 1 ampul. Sebagai perawat, kita harus memberi pertimbangan yang jelas kepada pasien, secara harga Anti Tetanus Serum setengah harga dari Tetagam, namun kerugiannya harus di tes alergi terlebih dahulu, bila alergi, maka pemakaian Tetagam adalah harga mati.
Ini hanyalah catatan sebuah pengalaman saya, yang ketika dibenturkan dengan isu Undang-undang Keperawatan saya sudah melewati wewenang saya, tapi dimanapun sebagai seorang tenaga kesehatan, nyawa manusia tentunya lebih diutamakan , ketika situasi dan kondisi mewajibkan kita berlari, tak mungkin kita hanya merangkak. Semoga bermanfaat, Wallahu ‘alam Bi Shawab...
Selengkapnya...
Rabu, 18 Mei 2011
10 Kesalahan Perawat Dalam Memasang Infus
Mumpung masih hobi nulis, apa yang kepikir coba ditulis deh, kali aja ada manfaatnya. Terlepas dari urusan Undang-Undang Perawat yang masih harus terus kita perjuangkan, dan tentunya Undang-Undang Keperawatan adalah harga mati, gak boleh nawar sedikitpun. Selama ini memasang infus (IVFd – Intravenous Fluids), sudah menjadi keseharian tugas perawat. Terkadang memasang infus adalah hal yang gampang, kadang pula karena hal-hal sepele kita malah gagal memasangnya. Berikut sepuluh hal yang sering terlupa ataupun yang menjadi penyebab kita gagal dalam memasang infus
1. Salah Sudut
Hal penentu masuk dan tidaknya abocath kedalam pembuluh darah vena secara tepat tergantung dari perawat ketika dalam membuat sudut pemasangan ketika akan menusuk. Kemiringan jarum abocath tidak boleh terlalu besar, karena akan berimbas pecahnya pembuluh darah vena karena terjadi ruptur akibat tembusnya abocath pada bagian bawah vena. Sebaliknya sudut yang terlalu kecil mengakibatkan abocath hanya akan berjalan-jalan didalam kulit (dibawah permukaan kulit) tanpa mengenai pembuluh darah, dan tahukah anda, ini berasa sangat sakit sekali. Sebelum menusukkan abocath, perkirakan bahwa sudut yang kita buat adalah berkisar antara 40 hingga 60 derajat dari permukaan kulit pasien, tusukkanlah dan rasakan ketika ujung jarum menembus pembuluh darah, kurangi sedikit sudutnya sambil menarik sedikit jarum ketika darah sudah terlihat keluar dia penampung darah abocath, terus dorong selang abocath hingga habis, tarik jarum, tekan sedikit pada permukaan kulit tempat masuknya jarum agar darah tidak mengalir, masukkan selang ifus dan alirkan cairan.
2. Salah Ukuran Abocath
Pastikan selalu perhatikan ukuran pembuluh darah yang akan ditusuk dan perkirakan dengan ukuran abocath. Ingat, disini ilmu kirologi perawat sangat dibutuhkan. Ukuran jarum abocath berhitung terbalik, semakin kecil nomornya, semakin besar ukuran jarumnya, dan ukuran abocath untuk infus selalu genap. Untuk ukuran pasien Indonesia, pada orang dewasa lazimnya memakai abocath dengan ukuran 20 G, sedangkan pada anak-anak dimulai pada ukuran 24 G keatas. Yang perlu dicatat disini, ukuran jarum mempengaruhi jumlah cairan yang masuk, apabila pada kondisi pasien syok, maka jumlah cairan yang masuk pun harus dalam jumlah banyak dan cepat, makanya biasanya untuk pasien-pasien gawat dan memerlukan terapi cairan yang banyak dan cepat, biasanya menggunakan abocath berukuran 18 G, begitupun untuk calon pasien operasi biasanya menggunakan abocath dengan ukuran 18 G. Catatan penting disini, semakin besar ukuran jarum, maka panjang abocath juga semakin panjang, oleh karena itu perlu disesuaikan dengan pembuluh darah.
3. Salah Memilih Pembuluh Darah Vena
Kesalahan yang berikutnya adalah kesalahan dalam memilih pembuluh darah vena, yang harus diingat pemilihan pembuluh darah vena adalah dari ujung ke pangkal, dari punggung tangan semakin keatas. Pembuluh darah yang dicari pun harus dicari yang tidak bercabang dan tidak keriting, karena akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Vena yang kita pilih juga tidak boleh yang melewati persendian, karena akan mengakibatkan infus mudah macet.
4. Salah Cairan
Memasang infus adalah kerja kolaborasi perawat dengan profesi lain, namun sebagai perawat kita harus jeli, apakah cairan yang diorder benar-benar sesuai dengan kebutuhan serta kondisi pasien atau tidak, karena perawat adalah seseorang yang mendampingi pasien selama 24 jam. Pelajari apa saja yang terkandung dalam cairan infus tersebut, misalnya pada pasien dengan oedem harus membatasi garam, maka cairan NaCl harus dipertimbangkan, pada pasien DM penggunaan cairan Dextrose harus benar-benar diperhatikan, cairan-cairan dengan osmolaritas tinggi perlu dibatasi kadarnya. Hal terpenting, jangan sampai salah cairan yang masuk ke pasien, karena itu sangat merugikan dan membahayakan pasien.
5. Salah Pasien
Yang ini nih, jangan sampe lupa ya... kenali pasien anda dengan dilihat, diraba dan diterawang.. hehehe.. emang duit. Yang bener harus dilihat, ditanya dan diyakinkan...
6. Lupa Mengalirkan cairan dalam selang infus
Keteledoran yang lumayan sering terjadi adalah abocath sudah tertusuk tapi cairan belum siap... ini nih yang sering bikin berabe, dan kesannya tidak profesional. Buatlah sebuah ritual khusus dalam memasang infus, misal menusuk botol, mengalirkan cairan dalam selang melihat ada udara atau tidak baru gantungkan diatas tiang infus, jadikan itu adalah ritual pertama sebelum memasang infus, jadi walaupun pikiran kita sedang ruwet otak bawah sadar kita pasti akan melakukannya ketika memasang infus.
7. Lupa memotong Plaster
Ini nih yang gak kalah bikin bete... sudah siap semuanya eh.. plaster belum ada, repot kan jadinya. Masih nyambung dengan poin sebelumnya, pastikan memotong plaster adalah ritual kedua setelah mempersiapkan cairan dan selang, hitung bener-bener jumlah plaster, panjang pendeknya sudah tepat belum (sesuai ilmu kirologi) atau kalau memakai metode satu plaster apakah plaster sudah dibelah atau belum.
8. Lupa Melakukan Desinfeksi
Terkadang hal yang sepele begini bisa kelupaan loh... dengan pedenya kita menusukkan abocath, eh baru teringat belum di desinfeksi, hal ini bisa karena kita terlalu grogi, terlalu-buru-buru tau lupa bawak alatnya. What ever alasan kita, pokoknya melakukan desinfeksi sebelum menusukkan abocath itu wajib hukumnya, kan kasihan pasiennya....
9. Lupa Memakai Handscoon
Berbagai alasan ketika kita tidak memakai Handscoon, kadang lupa kadang juga sengaja. Memang terkadang kita tidak merasa nyaman memasang infus dengan memakai Handscoon, apalagi kalo pas lagi memasang plaster... huh lengket sana sini. Tapi demi keamanan serta kenyamanan kita dan pasien ini juga kudu dilakuin...
10. Lupa Berkomunikasi dengan Pasien
Dateng-dateng langsung Jus..... tanpa ba-bi-bu lagi... ini masih sering terjadi di negara kutub selatan sana (di negara kita gak lagi) perawat tanpa ada basa-basi, langsung nyiapin alat langsung tusuk sudah selesai pergi deh... yang ditusuk siapa ya...?? salah satu kelebihan ilmu kita adalah berkomunikasi.. karena komunikasi perawat adalah komunikasi yang menyembuhkan.. ingat, selalu pastikan pasien itu benar atau tidaknya dengan berkomunikasi, meminta ijin dengan berkomunikasi, dan merilekskan pasien dengan berkomunikasi.
Begitu deh rekan-rekan, ini Cuma cerita doang, tapi semoga bisa menjadi pelajaran bagi saya dan kita semua, karena kita pernah belajar dari kesalahan, tapi bodohnya kita bila mengulang kesalahan. Kalo banyak salah harap dikoreksi, mari kita belajar bersama menjadi perawat profesional. I’m Proud To Be A Nurse
Selengkapnya...
Senin, 16 Mei 2011
Asuhan Keperawatan Leptospirosis
Sembilan bulan lebih... rasanya terlalu lama dan sangat lama saya tidak berhadapan dengan pasien, bahkan nyaris setahun saya tidak update Blog saya ini, dunia perfesbukkan membuat saya lupa bahwa saya pernah menjadi Blogers (tukang ngeblog yang gak sukses), what ever lah... daripada numpuk aja dan gak berbekas kan mending di share ke semua, mengekspresi kesukaan yang pernah dimiliki... halah!!!
Dua tahun ini negara kita agak dihebohkan dengan adanya kasus Leptospirosis, sudah menyerang hingga 22 propinsi... sebenarnya Leptospirosis buka pemain baru, ini sudah lama sekali, banyak istilah orang menyebutnya, dari penyakit banjir, hingga penyakit kencing tikus. Dan memang demikian, dahulu kala memang penyakit ini mewabah diwaktu banjir namun apa dikata sekarang ini sudah muncul di hutan pinus... so what, penyakit pun ikut mode...
Sebelum muter jauh, baiknya kita kenal dulu apa itu Leptospirosis/Leptospira
I. Definisi
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia. Bakteri Leptospira dapat bertahan hingga satu bulan lho dalam air tawar, makanya mudah sekali menyebar ketika banjir atau tertular melalui air, namun dalam air laut, selokan dan cairan yang pekat dia gak bertahan dengan lama.
II. Sumber Penularan
Menurut literatur yang ada, Hewan yang menjadi sumber penularan adalah tikus (rodent), babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, serangga, burung, kelelawar, tupai dan landak. Sedangkan penularan langsung dari manusia ke manusia jarang terjadi. biasanya kita lebih curiga dengan yang namanya tikus, tikus kencing di air dan menular deh melalui air, tapi nampaknya hal tersebut perlu dikaji lagi mengingat menumpuknya kasus di akhir-akhir ini...
III. Cara Penularan
Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira. Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.
IV. Gejala Klinis
Stadium Pertama
1. Demam menggigil
2. Sakit kepala
3. Malaise
4. Muntah
5. Konjungtivitis
6. Rasa nyeri otot betis dan punggung
7. Gejala-gejala diatas akan tampak antara 4-9 hari
Gejala yang Kharakteristik
1. Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada mata)
2. Rasa nyeri pada otot-otot Stadium Kedua
3. Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita
4. Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama
5. Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan terjadi meningitis.
6. Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat.
Komplikasi Leptospirosis
Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6
Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.
Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.
Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.
Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).
Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.
V. Pengkajian
Dalam hal ini, yang perlu dilakukan perawat adalah mengkaji TTV, riwayat penyakit lampau, tanyakan keluhan klien. Gejala klinis leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti influensa, meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah dengue dan demam virus lainnya, sehingga seringkali tidak terdiagnosis. Keluhan-keluhan khas yang dapat ditemukan, yaitu: demam mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya, mual, muntah, nafsu makan menurun dan merasa mata makin lama bertambah kuning dan sakit otot hebat terutama daerah betis dan paha.hal tersebut perlu dicermati oleh perawat.. dan tentunya harus hati-hati dalam menegakkan diagnosa, mengingat hampir ada kemiripan gejala klinis yang terjadi. wajib dianamnesa tentang riwayat bepergian, riwayat luka, riwayat terkena banjir, riwayat pekerjaan (petani lebih beresiko). satu hal yang harus diingat gunakan HANDSCOON sewaktu anamnesa...
VI. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
Hipertermi
Kurang Cairan
Gangguan Pertukaran Gas
Nyeri
VII. Perencanaan dan Tindakan
Pantau TTV
Pantau kebutuhan cairan dan elektrolit (gangguan Ginjal dan Jantung)
Berkolaborasi dalam pemberian antibiotik
Kompres Bila perlu
dan perencanaan lain sesuai gejala yang muncul...
kurang lebihnya seperti itu, jika ada usulan yang perlu ditambahkan monggo saja... saya baru bertemu dengan pasiennya tapi belum pernah merawatnya, jadi ya masih sebatas pengetahuan tekstual... biasanya kalo sudah pengalaman lebih mengena...
Tambahan:
Penkes yang perlu diberikan kepada warga sekitar meliputi:
Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
Mencucui tangan dengan sabun sebelum makan.
Mencucui tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.
Melindungi pekerja yang berisiko tinggi terhadap leptospirosis (petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan, dan lain-lain) dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan.
Menjaga kebersihan lingkungan
Membersihkan tempat-tempat air dan kolam renang.
Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung.
Menghindari pencemaran oleh tikus.
Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus
Meningkatkan penangkapan tikus.
Selengkapnya...