Selasa, 27 September 2011

RAKERNAS ILMIKI VI Dibuka Hari Ini


Lembaga Mahasiswa Keperawatan Se- Indonesia (ILMIKI) melaksanakan Rapat Kerja Nasional yang Ke VI hari ini di Palembang . Lembaga mahasiswa yang baru saja berulang tahun yang ke 10 tahun ini akan melaksanakan Rapat Kerja Nasional hingga ahad esok. Oke Deh.. buat adek-adek mahasiswa perawat se Indonesia, selamat berjuang, semoga lancar dan sukses acaranya... di pundakmulah masa depan perawat ini... Semangat...!!
Selengkapnya...

Jumat, 23 September 2011

Mengenal Penanganan Sederhana Keracunan


Sebulan sudah blog ini liburan, kagak ada postingan, ketika memulai malesnya minta ampun. Sama halnya dengan nasib proposal penelitian thesisku, berniat baik memanfaatkan liburan puasa dan lebaran untuk merampungkannya, alhasil pra proposalku pun tak kelar, parahnya bahkan tema penelitian pun tak ditemukan. Ajaibnya, “Tugas” utama yang digadang-gadang tak tuntas diwaktu liburan, pra proposalku dalam hitungan kurang dari 3 jam kuselesaikan ketika tiba di Kampus… ooooh… the power of kepepet pun meununjukkan giginya… dan sembari menunggu kabar dari kampus tentang nasib tema thesisku, menyempatkan waktu untuk mengisi Blog ku yang lebih dari sebulan tak ada postingan berarti…

Tema kali ini dulu pernah dipublikasikan di catatan Facebook ku, kali ini mencoba me recycle, lagu aja banyak yang dinyanyikan ulang, jadi kagak ada salahnya menulis ulang catatanku sendiri. Dahulu kala, ketika masih “nongkrong” di IGD RSUD M. Yunus, kasus keracunan adalah kasus menarik namun bikin dongkol. Karena biasanya "meracun" diri yang menjadi trend lebih sering terjadi, dari sekedar iseng sampe kebablasan, dari satu tetes sampe satu botol,dari uji kualitas obat ( menguji kualitas racun serangga dan rumput dalam tubuh sendiri) sampe’ mencari perhatian atau pernah 3 rumah keracunan Ikan buntal sampai ada yang tewas. IGD juga pernah Dihebohkan (hiperbola) dengan rombongan pemakan "Ikan Merah" (masih sepupu gerombolan kaos merah dari Thailand) yang pusing-pusing hingga muntah dan lemas + (plus) satu orang yang menguji ketahanan tubuh dengan racun serangga. Menurut info ikan tersebut kaya akan protein, sayangnya jika ikan tersebut memakan terumbu karang beracun, racunnya menular kedalam tubuh kita. tapi jangan kuatir, kali ini saya gak mau bergosip tentang ikan, kali ini saya sedikit mengulas tentang keracunan (yang gak lengkap lengkap amat).

kita bisa mencurigai seseorang dicurigai menderita keracunan bila :
  1. Seorang yang sehat mendadak sakit.
  2. Gejalanya tak sesuai dengan suatu penyakit tertentu
  3. Gejalanya menjadi cepat jika ditambah obat dalam dosis yang lebih besar
  4. Keracunan kronik diduga bila penggunaan obat dalam waktu yang lama atau lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat-zat kimia.

Keracunan adalah masuknya suatu zat kedalam tubuh kita yang dapat mengganggu kesehatan bahkan dapat mengakibatkan kematian.


Zat yang dapat menimbulkan keracunan dapat berbentuk :
  1. Padat, misalnya obat-obatan, makanan
  2. Gas, misalnya CO, NH3
  3. Cair, misalnya alkohol, bensin, minyak tanah, zat kimia.
Seseorang dapat mengalami keracunan dengan cara :
  • Tertelan melalui mulut, contohna keracunan makanan, minuman.
  • Terhisap melalui hidung, misalnya keracunan gas CO
  • Terserap melalui kulit/mata, misalnya keracunan zat kimia

Berikut ini adalah Macam-Macam Keracunan yang sering terjadi di masyarakat
  • Keracunan Alkohol
Gejala keracunan alkohol :
  1. Kekacauan mental
  2. Pupil mata dilatasi (melebar)
  3. Sering muntah-muntah
  4. Bau alkohol
Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan awal :
  1. Upayakan muntah bila pasien sadar
  2. Pertahankan agar pernapasan baik
  3. Bila sadar, beri minum kopi hitam
Penatalaksanaan di sarana kesehatan:
  1. Beri cairan Intravena
  2. Pasang Urine Kateter untuk memantau cairan
  3. Beri bantuan Oksigen
  4. Kolaborasi dalam pemberian obat
  5. Pantau secara kontinyu kesadaran penderita.
  • Keracunan asetosal (aspirin)
Gejala keracunan asetosal (aspirin) :
  1. Nafas dan nadi cepat
  2. Gelisah
  3. Nyeri perut
  4. Muntah (sering bercampur darah)
  5. Sakit kepala

Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama :
  1. Upayakan pertolongan dengan membuat nyaman pasien
  2. Bila sadar beri minum air atau susu
  3. Bawa ke sarana kesehatan
Penatalaksanaan di sarana kesehatan:
  1. Beri cairan Intravena
  2. Pasang Urine Kateter untuk memantau cairan
  3. Beri bantuan Oksigen
  4. Kolaborasi dalam pemberian obat
  5. Pantau secara kontinyu kesadaran penderita

  • Keracunan luminal dan obat tidur sejenisnya
Gejala keracunan luminal dan obat tidur sejenisnya :
  1. Refleks berkurang
  2. Depresi pernapasan
  3. Pupil kecil à akhirnya dilatasi (melebar)
  4. Shock à bisa koma

Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan Pertama :
  1. Bila penderita sadar, berikan minum hangat serta upayakan agar penderita muntah
  2. Bila penderita tidak sadar, bersihkan saluran pernapasan
  3. Penderita dibawa ke sarana kesehatan terdekat
Penatalaksanaan di sarana kesehatan:
  1. Beri cairan Intravena
  2. Lakukan Bilas Lambung
  3. Pasang Urine Kateter untuk memantau cairan
  4. Beri bantuan Oksigen
  5. Kolaborasi dalam pemberian obat
  6. Pantau secara kontinyu kesadaran penderita

  • Keracunan arsen/racun tikus :
Gejala keracunan arsen/racun tikus :
  1. Perut dan tenggorokan terasa terbakar
  2. Muntah, mulut kering
  3. Buang air besar seperti air cucian beras.
  4. Nafas dan kotoran berbau bawang
  5. Kejang atau syok

Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama :
  1. Usahakan agar dimuntahkan
  2. Beri minum hangat /susu atau larutan norit
  3. Segera kirim ke puskesmas/rumah sakit

Penatalaksanaan di sarana kesehatan:
  1. Beri cairan Intravena
  2. Lakukan Bilas Lambung
  3. Pasang Urine Kateter untuk memantau cairan
  4. Beri bantuan Oksigen
  5. Kolaborasi dalam pemberian obat
  6. Pantau secara kontinyu kesadaran penderita

  • Keracunan bensin/minyak tanah
Gejala keracunan bensin/minyak tanah :
  1. Inhalasi : nyeri kepala, mual,lemah, sesak nafas
  2. Ditelan : Muntah,diare, sangat berbahaya jika terjadi aspirasi (terhisap saluran pernafasan)

Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama :
  1. Jangan lakukan muntah buatan
  2. Beri minum air hangat
Penatalaksanaan di sarana kesehatan:
  1. Beri cairan Intravena
  2. Pasang Urine Kateter untuk memantau cairan
  3. Beri bantuan Oksigen
  4. Kolaborasi dalam pemberian obat
  5. Pantau secara kontinyu kesadaran penderita
  • Keracunan makanan laut
Beberapa jenis makanan laut seperti kepiting, rajungan dan ikan lautnya dapat menyebabkan keracunan ;
Gejala :
  1. Masa laten 1/3 – 4 jam
  2. Rasa panas disekitar mulut
  3. Rasa baal pada ekstremitas
  4. Lemah
  5. Mual, muntah
  6. Nyeri perut dan diare

Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama:
a. Netralisir dengan cairan
b. Upayakan muntah

  • Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan yaitu jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.

Gejala :
  1. Nafas, mulut dan air kemih penderita berbau jengkol
  2. Sakit pinggang yang diserta sakit perut
  3. Nyeri waktu buang air kecil
  4. Buang air kecil disertai darah.

Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama:
  1. minum air putih yang banyak
  2. Obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk menghilangkan rasa sakitnya.
Penatalaksanaan di sarana kesehatan:
1. Beri cairan Intravena
2. Pasang Urine Kateter untuk memantau cairan
4. Kolaborasi dalam pemberian obat (Meylon)

  • Keracunan jamur
Gejala alam yang muncul dalam jarakbeberapa menit sampai 2 jam.

Gejala :
  1. Sakit perut
  2. Muntah
  3. Diare
  4. Berkeringat banyak

Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama:
  1. Netralisasi dengan cairan
  2. Upayakan pasien muntah

  • Keracunan Makanan
Penyebab adalah staphylococcus atau bakteri lainnya. Seringkali menyebabkan keracunan dengan masa laten 2-8 jam.

Gejala :
  1. Mual, muntah
  2. Diare
  3. Nyeri perut
  4. Nyeri kepala, demam
  5. Dehidrasi
  6. Dapat menyerupai disentri

Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama :
  1. Muntah buatan
  2. Beri minuman yang banyak
  3. Pemberian antibiotik jika diperlukan


Prinsip penatalaksanaan keracunan
Repot ya... tapi intinya dalam penanganan keracunan, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Mencegah /menghentikan penyerapan racun
A. Bila Racun ditelan, prinsipnya cuma dua:
Encerkan racun yang ada dalam lambung, sekaligus menghalangi penyerapannya dengan cara memberikan cairan dalam jumlah banyak. Pertolongan pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan memberikan karbon aktif atau arang aktif ke korban. Di pasaran, ada arang aktif yang dijual. Salah satu yang terkenal norit.

Tablet berwarna hitam ini punya sifat arang aktif yang mampu menyerap apapun yang ada di sekitarnya, termasuk racun. Semakin banyak yang dimakan, semakin banyak racun yang diserap. Hanya saja, norit cuma menyerap racun yang masih di saluran pencernaan dan belum ikut beredar dalam darah.


Meskipun norit mampu menyerap banyak racun, norit nyatanya juga menyerap zat gizi dan vitamin yang terdapat pada makanan. Oleh karena itu, saat menenggak norit, korban juga harus terus diberikan minum air putih untuk menggantikan zat yang ikut terserap norit.

Bila norit tak tersedia, kita bisa menggantikannya dengan susu. Susu memiliki kelebihan mengikat racun yang ada dalam tubuh agar tak beredar dalam tubuh. Susu juga bisa merangsang muntah sehingga makanan beracun bisa ikut keluar.

Namun, tak semua korban keracunan bisa diberikan susu atau norit. Korban keracunan karena zat korosif seperti bensin dan minyak tanah pantang mengonsumsi susu dan norit. Pemberian susu dan norit malah bisa memperparah. Pengenceran dengan susu tidak boleh dilakukan pada penderita yang menelan kamper.
Upayakan pasien muntah, efektif bila dilakukan dalam 4 jam setelah racun ditelan. Dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan merangsang dinding faring dengan jari atau suruh penderita untuk berbaring tengkurap, dengan kepala lebih rendah dari pada bagian dada. Muntah tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif, keracunan zat kerosene, serta pada penderita tidak sadar.

Tindakan di atas tidak boleh dilakukan pada pasien yang tidak sadar. Segera bawa ke Rumah Sakit, penanganan dirumah sakit, biasanya dikerjakan dengan cara membilas lambung, yaitu memasukan Selang Kedalam lambung (NGT) lalu mengalirkan NaCl 0,9% 1-2L, tapi itupun tidak berlaku pada pasien keracunan zat korosif.

B. Bila racun melalui kulit/mata
a. Pakaian yang terkontaminasi dilepas
b. Cuci/bilas bagian yang terkena dengan air
c. Perhatikan jangan sampai penolong ikut terkena.
Selengkapnya...

Senin, 05 September 2011

SELAMAT IDUL FITRI 1432 H

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H, Maaf Lahir Bathin, jika ada kesalahan tulis dan bila ada konten yang menyinggung dan menzolimi harap dimaafkan... serta bila ada request yang belum terpenuhi harap diikhlaskan dulu... Admin sedang Lebaran, jadi libur sebulan Dulu, jadi postingannya ikutan libur.... SELAMAT LIBURAN.... Selengkapnya...

Senin, 25 Juli 2011

Rumus Yang Harus Diingat Perawat (Bag 1)


Sepertinya bulan Juli termasuk bulan yang penuh kemalasan bagiku… ide menumpuk-numpuk, tapi tak tergerak sedikitpun badan mengerjakan… huft.. semoga tak semakin panjang saja.. ide menulis topic ini sudah mulai terpikir dari akhir bulan yang lalu, dan sekarang harus begitu bekerja keras menuliskan ini..
Ketika jaman kuliah S1 dulu, bekerja keras menjelang ujian mengingat-ingat rumus yang harus diingat, begitu masuk dunia kerja rumus itu begitu saja pergi dari ingatan, begitu kepepet baru deh obrak-abrik diktat kuliah untuk mencari-cari bahan kuliah jaman dulu. Kali ini coba menulis rumus-rumus yang sering digunakan di dunia kerja yang kudu diinget nih…
1. Rumus Tetesan Cairan infus
Terkadang sebagai perawat, menghitung tetesan perawat lebih sering dilakukan dengan ilmu kirologi, walaupun ada beberapa yang tepat, namun tak banyak juga yang benar-benar meleset jauh, karena kondisi pasien tak bisa semua modal kirologi, beberapa penyakit gagal organ akan sangat berdampak buruk akibat kelebihn cairan yang kita berikan. Sambil mereview lagi, mari kita hitung rumus tetesan infuse
Macro
Jika yang ingin dicari tahu adalah berapa tetesan yang harus kita cari dengan modal kita tahu jumlah cairan yang harus dimasukkan dan lamanya waktu, maka rumusnya adalah:
Tetes/menit : (jumlah cairan x 20) / (Lama Infus x 60)
Jika yang dicari adalah lama cairan akan habis, maka rumusnya adalah sebagai berikut:
Lama Infus: (Jumlah Cairan x 20) / (jumlah tetesan dlm menit x 60)
Misal: seorang pasien harus mendapat terapi cairan 500 ml dalam waktu 4 jam, maka jumlah tetesan yang harus kita berikan adalah (500 x 20 ) / ( 4 x 60 ) = 10000 / 240 = 41,7 = 42 tetes/menit begitupun untuk rumus lama infuse tinggal dibalik aja.
Micro
Selang infuse micro adalah selang infuse yang jumlah tetesannya lebih kecil dari macro, biasanya terdapat besi kecil di selangnya, dan biasanya digunakan untuk bayi, anak dan pasien jantung dan ginjal. Rumus untuk menghitung jumlah tetesannya adalah sebagai berikut:
Jumlah tetes/menit : (Jumlah cairan x 60 ) / (Lama Infus x 60)
Sedangkan rumus lamanya cairan habis adalah sebagai berikut:
Lama waktu : ( Jumlah Cairan x 60) / (jumlah tetesan dalam menit x 60)


2. Rumus Rumpleed test
Rumpleed test biasanya dilakukan untuk mengetahui tanda gejala awal adanya ptekee (bintik merah pada penderita DBD), pte
kee muncul akibat pecahnya pembuluh darah kapiler, sehingga pada fase awal tidak akan langsung muncul, oleh karena itu tujuan rumpled test adalah untuk mengetahui lebih awal adanya ptekee. Rumus yang dipakai adalah (Sistole + Diastole) / 2, lalu tahan 5 – 10 menit. jika terdapat sepuluh atau lebih bintik merah, maka dikatakan rumpled test positif, jika kurang maka disebut rumpled test negative. Misal kita melakukan tensi darah hasilnya 120/80 mmHg (systole : 120, Diastole: 80), maka (120 + 80)/2 = 100 mmHg, maka kita pompa hingga alat tensi darah menunjukkan angka 100 mmHg, kita tutup tepat di angka 100 dan tahan selama 5 – 10 menit, lepaskan baru kita hitung jumlah bintik merahnya. Rumpleed test merupakan uji awal adanya gangguan trombosit pada penderita DBD, namun bukanlah hal untuk menegakkan diagnose DBD.

3. Rumus Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan pada tubuh data dihitung sebagai berikut:
Pada anak < 10 Kg , maka 10 Kg maka dihitung 100 ml/ BB. Missal BB 8 kg maka kebutuhan cairan adalah 8 x 100 = 800 ml/hari. Pada anak dengan BB 10 – 20 Kg, maka 1000 ml pada 10 kg pertama dan ditambah 50 ml per Kg penambahan berat badannya. Missal BB = 15 kg, maka 1000 ml ditambah 5 x 50 ml maka menjadi 1250 ml/ hari kebutuhan cairannya Pada seorang dengan berat badan > 20 Kg maka rumusnya adalah 1500 ml pada 20 kg pertama dan ditambah 20 ml/Kg sisanya, missal seseorang dengan BB 40 Kg, maka 20 kg pertama adalah 1500 ml, sedangkan 20 kg sisanya x 20 ml = 400 ml sehingga kebutuhan cairan seseorang dengan berat 40 kg adalah 1500 + 400 ml = 1900 ml/hari

4. Rumus luas Luka Bakar
Rumus luas luka bakar memang terkadang membuat kita harus lebih mengerutkan dahi, karena memang sulit-sulit gampang dalam penerapannya. Rumus pada bayi menggunakan rumus 10 – 20 %, jika tangan dan kaki yang terkena maka 10 %, jika kepala, leher dan badan depan dan belakang maka 20 %. Untuk dewasa
menggunakan rumus Rule of Nine yang digambarkan sebagai berikut:


5. Rumus Body mass index (BMI)

Body Mass Index dicari menggunakan rumus BB (Kg) / TB2 (m)
Underweight :
Kurang dari 18.5
Normal : 18.5 - 24.9
Overweight/pre-obes : 25.0 - 29.9
Obes I : 30-34.9
Obes II : 35-39.9
Obes III: lebih dari atau sama dengan 40
Selengkapnya...

Kamis, 30 Juni 2011

10 Kesalahan Perawat Dalam Injeksi IM


Sudah di penghujung bulan, laporan evaluasi surveilansku masih menggantung, sebulan lebih tak jua selesai… jika dirunut, terakhir kali kukirimkan laporan ke kampus adalah tertanggal 12 mei, berarti sebulan setengah aku tak produktif sama sekali menyelesaikan tugas lapanganku… huft… What ever lah, daripada memikirkan tugas tanpa action, coret sana sini di kertas, kayaknya seru nih kalo dilanjutin membuat postingan untuk blog saya...
Sekarang pengen nulis tentang 10 kesalahan perawat dalam melakukan injeksi IM, injeksi IM itu yang paling gampang, tapi banyak juga yang masih meninggalkan hal-hal sepele namun itu penting. Injeksi IM (Intra Muscullar), intra = didalam, muscular = otot, jadi jelaskan…?? Injeksi ini memasukkan obat kedalam otot, bukan dibawahnya ataupun diatasnya. Kesalahan-kesalahan apa saja sih yang biasa terjadi ketika injeksi IM?? Lets check it out..


1. Salah Letak
Kalau definisinya IM adalah kedalam otot, berarti kita harus mencari daerah-daerah yang memiliki otot yang tebal. Nah, lazimnya atau biasanya terdapat 3 posisi yang bis
a digunakan untuk injeksi IM. Yang paling sering adalah Ventrogluteal (di pantat), nah letak
pastinya adalah area sepertiga sias bagian atas. Cara paling mundah menentukan posisi ini adalah dengan meletakkan jempol di tulang pinggul, jari kelingking di ujung tulang ekor, nah bagi tiga (kirologi pasti bermain disini), area sepertiga bagian ataslah yang menjadi sasaran jarum suntik. Area kedua adalah
pada bagian lengan atas (deltoid) ada beberapa pendapat mengatakan letaknya 3 jari dari pundak, ada yang bilang 4 jari, kalo menurut saya sih sama prinsipnya, ambil sepertiga bagian atas itulah letaknya. Posisi yang ketiga adalah di vastus lateralis (paha) nah posisi ini lebih mudah, tinggal taruh 3 jari dari jalur setrikaan (pakai imajinasi) bagian luar… tapi pada paha relative lebih luas.

2. Salah Sudut
Secara teori sudut untuk melakukan injeksi ini adalah 90 derajat, tegak lurus dengan permukaan kulit. Lalu bagaimana jika kita menggunakan jarum yang tidak pada porsinya?? Boleh dimodifikasi dengan mengurangi sudutnya tapi ini benar-benar tidak dianjurkan

3. Lupa Aspirasi
Tidak melakukan aspirasi adalah kesalahan fatal dalam injeksi IM. Aspirasi adalah cara untuk mengetahui apakah posisi jarum kita tepat atau tidak. Dengan cara menghisap terlebih dahulu, jika tidak ada darah ataupun cairan lain yang masuk ke spuit kita setelah dihisap, maka dipastikan posisi kita sudah tepat. Jadi jangan sampai lupa melakukan aspirasi ketika injeksi IM.

4. Salah Spuit/Nal
Spuit dan Nal (jarum) yang dipakai untuk injeksi adalah jarum khusus, begitupun pada injeksi IM, tidak boleh kebesaran atau kekecilan, tidak boleh kepanjangan ataupun kependekkan, jarum untuk dewasa digunakan untuk usia dewasa, begitupun untuk anak. Ukuran Spuit dan Nal yang dipakai untuk dewasa adalah 21-23 G dan panjang 1 – 1,5 inch dan untuk anak-anak 25-27 G dengan panjang 1 inch, ukuran tersebut bisa dilihat di kemasan spuit.

5. Tidak memasukkan Nal secara Sempurna
Jika letak sudah sempurna, jarum tepat namun jika teknik yang dipakai salah maka injeksi IM ini juga tidak akan berhasil. Jika sudah menggunakan sudut 90 derajat, maka jarum harus masuk seminimal mungkin 2/3 bagian, biar lebih aman masukkan hingga pangkal jarum (nal), baru lakukan aspirasi lalu masukkan obat.

6. Salah Obat
Jangan lupa selalu perhatikan kemasan obat, walaupun itu adalah sebuah order, selalu perhatikan kemasan obat, karena disana akan ditemukan obat tersebut harus dimasukkan dengan cara apa. Jika obat tersebut dimasukkan dengan cara IM, maka akan tertera tanda “IM” jika IV maka akan tertera “IV” jika bisa keduanya maka “IV/IM”.

7. Salah Pasien
Kroschek nama dan diagnose pasien, lalu cocokkan dengan obat. Kesalahan yang tak dapat dimaafkan adalah memasukkan obat kepada pasien yang salah, jangan hanya mengingat kamar dan bed saja, tapi ingat kamar, bed, nama dan diagnose. Lalu klarifikasi dengan menanyakan langsung dengan keluarga maupun pasien.

8. Lupa Desinfeksi
Untuk menjaga agar tidak timbul infeksi setelah injeksi, maka sebagai perawat tidak boleh melupakan cuci tangan sebelum dan sesudah injeksi, memakai Hanscoon, dan lakukan desinfeksi pada daerah yang akan diinjeksi menggunakan kapas alcohol.

9. Tidak mengeluarkan udara dari spuit
Bekerja dengan hati, jika terburu-buru maka kita akan kehilangan ketelitian. Kadang kerja dengan terburu-buru akan melupakan hal sepele, hal yang sering terlupa adalah mengeluarkan udara dari spuit setelah memasukkan obat kedalam spuit, harus dibiasakan dan harus dilakukan. Tak boleh ada udara sedikitpun dalam spuit kita sebelum memasukkan obat kedalam tubuh.

10. Lupa Komunikasi
Tak semua orang bisa menerima injeksi IM, bahkan lebih banyak orang yang takut dengan injeksi IM. Jurus ampuh perawat adalah komunikasi, komunikasi terapeutik diharapkan dapat membuat apsien rileks dan mengurangi sakit akibat injeksi. Dengan komunikasi kita juga akan terhindar dari kesalahan salah pasien, dan jangan lupa informed concent. So jangan lupa komunikasi ya….
Selengkapnya...

Rabu, 22 Juni 2011

10 Jenis Luka dan Perawatan awalnya (bag 2)


Melanjutkan bahasan postingan saya yang sebelumnya, khawatirnya terlalu panjang jika digabung, makanya saya bagi menjadi 2 bagian… yah anggep aja biar lebih dramatis lah.. sinetron aja sampe berseason-season…
Nah kalo di postingan sebelumnya saya berusaha memperkenalkan sepuluh jenis luka (nyambung gak…???) sekarang ala saya, saya akan berusaha bercerita bagaimana sih cara menangani luka-luka tersebut…. Mengingat keterbatasan saya, bagi yang ingin mengoreksi, monggo disampaikan…


1. Vulnus laceratum (Laserasi)
Untuk jenis luka ini, harus diperhatikan dengan seksama… apakah lukanya bersih atau tidak, dalam atau dangkal, rapi atau tak beraturan (biasanya tak beraturan). Untuk skala luka yang luas dan dalam, berarti kita harus bersiap diri untuk menjahitnya… pertama, perhatikan bentuk lukanya bersih atau tidak, jika luka kotor, maka kita bersihkan terlebih dahulu dengan cairan NaCl 0,9%, jika terlalu kotor dan melekat kuat kotorannya, kita bersihkan menggunakan H2O2, karena cairan ini sangat pedih sekali, maka kita harus memberikan anastesi dulu (local menggunakan Lidokain). Setelah luka dibersihkan langkah berikutnya adalah melakukan desinfektan dengan menggunakan IODINE, jika luka lebar dan dalam maka kita harus melakukan Hecting (menjahit) agar penyembuhan luka lebih cepat, terhindar infeksi dan hasilnya baik (secara estetika lebih minim meninggalkan bekas). Jika luka dalam, maka hecting boleh berlapis-lapis, jangan menyisakan rongga di bagian dalam, karena kuman akan sangat suka tinggal disana, makanya menjahit dengan berlapis sangat dianjurkan. Biasanya luka jenis ini bentuknya tidak beraturan, oleh karena itu bisa dirapihkan sedikit dengan cara mengunting bagian-bagian yang dirasa sangat berserabut (disesuaikan bentuk lukanya).
Untuk perawatan luka VL ini adalah bentuk perawatan luka tertutup, dengan tetap menjaga sterilitas luka, untuk luka awal Ganti verban pertama bisa dilakukan 48 jam sesudah luka, tetap perhatikan tanda-tanda infeksi. Pembersihan luka bisa digunakan NaCl 0,9%, dengan tetap menjaga sterilitas.

2. Vulnus excoriasi (Luka lecet)
Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi disbanding luka robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit. Jadi harus lebih dipahamkan kepada pasien. Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih, berikan desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap bersih, hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi sarang kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan melukai jaringan yang baru terbentuk.

3. Vulnus punctum (Luka tusuk)
Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat maka kita harus curiga adalanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut. Oleh karena itu penangan luka jenis ini harus memungkinkan adanya aliran udara, mengingat clostridium tetani adalah bakteri anaerob. Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah jangan asal menarik benda yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai pembuluh darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita lakukan adalah membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka ditutup menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi...

4. Vulnus contussum (luka kontusiopin)
Luka memar tentunya jangan diurut ataupun ditekan-tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar saja. Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh darah yang robek.

5. Vulnus insivum (Luka sayat)
Luka jenid ini biasanya tipis, maka yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan memberikan desinfektan.

6. Vulnus schlopetorum
Jika menemukan pasien seperti ini maka jelaslah ini tugasnya ruang operasi untuk menyelesaikannya.. namun jika berhadapan dengan pasien seperti ini jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan adalah membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka selama setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya. Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.

7. Vulnus morsum (luka gigitan)
Untuk luka jenis ini anda bisa membuka postingan saya tentang ini… monggo dibuka-buka lagi…

8. Vulnus perforatum
Ini adalah jenis luka yang tentunya hanya bisa diselesaikan di ruang khusus operasi, sehingga perawatan yang bisa kita lakukan adalah perawatan luka pasca operasi..

9. Vulnus amputatum
Sama dengan kasus diatas perawatan luka ini adalah perawatan luka pasca operasi.

10. Vulnus combustion (luka bakar)
Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air mengalir, bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk perpindahan kalornya… bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah terinfeksi. Dan ingat kebutuhan cairan pada pasien luka bakar…
Hufh… ternyata jari-jariku tak begitu mampu mengejar apa yang ada di benak saya, what everlah…. Nulis… nulis… nulis… nulis….
Selengkapnya...

Senin, 20 Juni 2011

10 Jenis Luka dan Perawatan awalnya


Belajar Ilmu Bedah sudah, Keperawatan Medikal Bedah lewat… tapi terkadang pas lagi praktek entah lupa apalan atau emang males ngapal (ketahuan banget kan kalo males….) segala apa yang ada sudah buyar dari inget.. apa yang sudah apal ngelotok diluar kepala bener-bener ngelotok sampe tak tersisa lagi… duh… kali ini pengen iseng nulis pengalaman-pengalaman aja, pengen nulis cara “bodoh” berbagai pernak-pernik tentang luka dan bagaimana cara menanganinya… kalo mau cari definisi secara tekstual sepertinya bisa tuh dicari dimana-mana… blog-blog tetangga juga banyak yang muat… so.. kalo masih minat lanjut bacanya monggo diteruskan…

Jenis-Jenis Luka Berdasarkan Penyebab
Rumus awal sebelum memulai semuanya, yang kudu diinget luka itu bahasa jawanya “Vulnus” (kidding… yang bener bahasa latinnya), jadi kalo denger kata “vulnus” gesit deh itu pasti luka… nah biasanya disingkat “v”, jadi kalo dirumah sakit ada diagnosa diawali “V” itu berarti Vulnus = luka, bukan pembuluh darah vena. Nah sekarang, sjenis-jenisnya apa saja?

1. Vulnus laceratum (Laserasi)
Pernah bayangin gak kalo misalnya kita tertembak pistol laser??? Apa ya kira-kira yang akan terjadi?? Nah, bayangin aja kalo kita terkena laser pasti akan luka,.yang tentunya akan merobek bagian tubuh kita… nah jadi kalo ketemu kata Vulnus Laceratum, berarti bayangin aja luka akibat laser yang akan merobek bagian tubuh kita, jadi pasti lukanya adalah luka robek. Nah Vulnus Laceratum ini adalah luka robekan yang bias diakibatkan karena terjatuh, terkena ranting pohon, terkena batu asalkan terjadi robekan itu adalah Vulnus Laceratum. Kuncinya adalah, robekan itu memiliki panjang, lebar dan dalam… jadi 3 dimensi. Biasanya Vulnus Laceratum disingkat “VL” so.. kalo ada pasien di gawat darurat tertulis VL berarti pasien tersebut mengalami luka robek.


2. Vulnus excoriasi (Luka lecet)
Nah yang ini lain lagi, luka ini adalah luka lecet, luka jenis ini biasanya sih disebabkan karena gesekan yang keras terhadap benda keras… nah yang sering sih pada pasien-pasien kecelakaan, kaki mencium aspal, muka mencium aspal jadilah Vulnus Excoriasi biasanya disingkat “VE” inget ya.. “VE”… . nah kalo VL dengan 3 dimensinya, maka untuk VE hanya 2 dimensi, Panjang dan Lebar.

3. Vulnus punctum (Luka tusuk)
Segala luka yang terkena tusukkan benda tajam disebut dengan Vulnus Punctum, bias karena pisau, tombak atau segala sesuatu yang mengakibatkan bentuk luka sempit dan dalam… nah pengukurannya menggunakan 3 dimensi, yaitu panjang, lebar dan dalam.

4. Vulnus contussum (luka kontusiopin)
Jenis luka ini adalah luka yang tidak terjadi perdarahan keluar atau tidak terjadi robekan kulit… jadi luka jenis ini adalah luka yang diakibatkan karena benturan keras, sehingga pembuluh darah dibawah kulit pecah, sehingga perdarahan hanya tertimbun saja tanpa mengalir… sehingga penampakannya bisanya berwarna merah kehitaman ataupun kebiruan.

5. Vulnus insivum (Luka sayat)
Jenis luka ini adalah luka kecil dan tipis.. biasanya luka ini adalah jenis luka yang disengaja dalam proses pengobatan

6. Vulnus schlopetorum
Ini adalah jenis luka akibat peluru atau tembakkan… jadi jenis luka ini adalah luka yang dalam.

7. Vulnus morsum (luka gigitan)
Luka jenis ini adalah luka yang disebabkan oleh gigitan gigi, bias karena manusia, anjing, Babi, monyet dan lain-lainlah.. pokoknya digigit, bukan diemut….

8. Vulnus perforatum
Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.

9. Vulnus amputatum
Kalo denger kata amputatum tentunya gak asing dengan amputasi…. Jadi vulnus amputatum adalah luka dalam bentuk terpotongnya salah satu bagian tubuh kita sehinnga terpisah dari badan/tubuh….

10. Vulnus combustion (luka bakar)
Luka jenis ini adalah segala jenis luka bakar yang disebabkan oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus).

Bersambung….
Selengkapnya...

Senin, 13 Juni 2011

Belajar Mengenal Sirkumsisi (Khitan)

Ups... ini sepertinya artikel riskan ya.. mengingat banyak sekali sekarang permasalahan malpraktik, bukan mengajari untuk berbuat malpraktik, namun sekedar jadi ilmu saja bagi kita semua, yah.. siapa tahu nantinya bakal mengabdi di daerah pedalaman seperti suster apung (so sweet...). Namun kalau dirunut-runut, masyarakat kita lebih mengenal namanya mantri sunat ketimbang profesi lain dalam melakukan sunat (khitan), karena memang dahulu yang melakukan khitan atau sunat itu lebih banyak perawat, jadi gada salahnya kita belajar sedikit mengenai teknik dalam melakukan sirkumsisi.... kalau misalnya kurang lengkap harap dilengkapi, kalau salah boleh dikoreksi...
PRINSIP DALAM SIRKUMSISI
1. Asepsis ==> jadi perhatikan betul-betul kesterilan tindakan kita, karena ini termasuk tindakan operasi, melukai jika tak mengindahkan teknik aseptis maka infeksi asilnya.
2. Pengangkatan Kulit secara Adekuat ==> pada dasarnya sirkumsisi itu mengangkat kulit luar, membuang sedikit dan merapatkannya lagi
3. Hemostasis yang baik ==> sewaktu SMA di buku SMA Bahasa Indonesia ada cerpen tentang perdarahan pasca khitan, nah itu jadi pelajaran banget nih buat saya...
4. Kosmetik ==> bukan hanya muka lho, inget jangan jadikan "ia" menjadi buruk rupa, jadi estetika juga harus main disini.

PERSIAPAN
1. Kasa Steril
2. Cairan Desinfektan (IODINE)
3. Kain/Doek Steril
4. Semprit - Jarum Steril serta obat anastesi lokal
5. Satu set peralatan bedah minor

PERSIAPAN SEBELUM DIMULAI
1. Desinfeksi lapangan operasi dengan povidon iodin
2. Daerah operasi dipersempit dengan doek steril
3. Lakukan tindakan anestesi blok pada pangkal penis untuk memblok nervus dorsalis penis dan dilanjutkan dengan anesthesi infiltrasi (extracain / lidocain )

TEKNIK ANASTESI

Anatomi (Perhatikan dengan seksama)





Ditusukkan dengan tegag lurus, sampai dengan terdengar seperti bunyi jarum yang menembus kertas, setelah itu aspirasi kemudian masukkan anastesi.
Setelah itu lakukan anastesi lagi pada bagian daerah yang ingin dibedah (lebih bawah sedikit), jangan lupa memiringkan kiri dan kanan, agar obat merata.


Langkah Kerjanya Digambarkan sebagai berikut




1. Lakukan penjepitan prepusium pada jam 1, 11, 5 serta 7
2. Lakukan pemotongan prepusium sejajar sumbu panjang penis menggunakan gunting
3. berikutnya adalah pemisahan kulit hingga penjahitan...





















KOMPLIKASI SIRKUMSISI
Sirkumsisi yang benar dan dengan perawatan hemostasis jarang menimbulkan komplikasi. sebaga perawat dalam perawatan luka seperti ini adalah menjaganya tetap bersih dan bebas kuman, sehingga terbebas dari resiko infeksi. pada tahap sirkumsisi, hal-hal yang tidak diinginkan terjadi adalah:
1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Pengangkatan kulit penis tidak adekuat
4. Amputasi Glans Penis
5. Nekrosis Penis.
Selengkapnya...

Contoh melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

RJP Pada orang Dewasa


RJP Pada anak
Selengkapnya...

Penangan awal Tersedak...

Pada Bayi


Pada Anak-anak


Pada Orang Dewasa
Selengkapnya...

Senin, 30 Mei 2011

Suster Apung - Super Nurse


Dan memang seperti inilah jiwa seorang perawat....
Selengkapnya...

Mengapa Saya Gagal Melakukan EKG..???


Sepertinya tiada hari tanpa melakukan EKG (Elektro Kardio Grafi – Electro Cardi Graph ) atau biasanya sih kita lebih suka
menyebutnya Rekam Jantung, lebih Indonesia kan, dan lebih dimengerti dan dipahami. Di Blog saya ini, saya tidak akan menjelaskan tentang asal muasal EKG atupun pendalaman ilmu apa itu EKG, anda tinggal googling maka akan begitu banyak artikel yang menceritakan itu semua, baik itu karya pribadi atau yang model copas sana-sini, okelah gak papa ilmu bermanfaat
itu harus dibagi-bagi. Saya juga tidak akan mengajari cara membaca EKG, selain saya bukan ahlinya, saya rasa belajar memahami EKG hanya dengan me
mbaca tanpa melihat langsung akan lebih sulit (menurut saya sih…). Lalu apa yang akan saya tulis? Saya akan bercerita hal-hal apa saja sih yang sering membuat Hasil EKG kita berantakan alias tidak berhasil melakukan, akibatnya berantakan deh hasilnya, gak bisa dibaca.. Cetek sekali ya..??? he..he.. tak apalah.. biasanya dengan bahasan yang ringan begi
ni akan lebih membuat penasaran (Ngeles banget…)
Hal yang paling mendasari kenapa saya menulis ini adalah saya terkadang melihat masih banyak oknum-okn
um tertentu yang masih asal dalam melakukan EKG, sehingga hasilnya menjadi berantakan, salah, tidak bisa dibaca dan miss interpretasi. Sebelum memulai EKG, mari kita cek terlebih dahulu alat dan perlengkapan EKG yang akan kita gunakan, pertama cek dulu benarkah itu alat untuk EKG (He..he.. masak iya ketuker), cek dah, colok ke listrik atau belum? Itung jumlah kabelnya harusnya sih ada 10, cek elektrodanya (Empat elektroda ekstremitas dan 6 elektroda hisap untuk dada).
Apa saja sih hal-hal teknis yang sering membuat hasil EKG berantakan??? Saya coba me list beberapa nih, kadang penanganannya mudah kadang sulit juga.
  1. Salah Pasang Elektoda Ekstremitas.
Ini nih yang pertama yang harus di cek sebelum melakukan EKG, Elektroda Ekstre
mitas adalah berupa penjepit kaki dan tangan yang di bagian dalam terdapat lempeng logam. Terdiri dari empat buah elektroda, bia
sanya berwarna Merah, Kuning, Hijau dan Hitam.
Selama ini sih standar semua alat sama, Warna merah hingga hitam dipasang secara berurutan searah jarum jam dimulai dari tangan kanan. Nah, pastikan Warna merah dijepit di pergelangan lengan kanan, dengan lempeng log
am terletak dibagian dalam atau bagian arteri radialis atau bagian biasa kita meraba nadi (ah.. kurasa anda mengerti maksud saya kan?), kemudian warna kuning di Pergelangan tangan Kiri dengan cara yang sama, nah warna hijau dijepitkan di kaki (atas mata kaki sedikit) sebelah kiri dengan logam juga di bagian dalam, dan hitam di bagian kaki sebelah kanan dengan aturan yang sama. Belum berakhir teman, colokkan kabel yang tersedia sesuai warna (tinggal dicocokin aja warnanya…), biasany
a sih kabelnya sudah dipisah digabung empat buah dan lebih panjang kabelnya.. gampang kan…
2. Salah Pasang Elektroda Hisap
Kadang geregetan liat adek-adek mahasiswa asal ceplok-ceplok aja memasang elektroda hisap di dada, pake ilmu kirologi murni.. he..he.. semoga anda tidak deh… elektroda hisap untuk dada ada 6 buah, warnanya jika di pasang secara urut begini: Merah – Kuning – Hijau – Coklat – Hitam – Ungu. Nah kesalahan
apa yang sering terjadi??? Keseringan nih, langsung ditempel aja merah di kanan terus kuning sampai hitam ditempel sejajar di kiri, padahal itu salah. Sebagai perawat professional, apabila kita belum professional ada bagusnya kita menerapkan ilmu semasa kuliah, nah semasa kuliah dulu saya diajarin sebelum memasang elektroda hisap ini kita main raba-raba untuk menentukan titik yang jelas. Warna Merah diletakkan di kanan sela iga ke empat, jadi caranya raba dengan jari hitung dari atas dimulai sela pertama, diurut hingga ketemu sela ke empat, kemudian ceplok deh, untuk warna kuning, di seberangnya yaitu di dada kiri dengan posisi yang sama. Nah yang berikutnya nih yang sering dikerjakan asal-asalan oleh oknum-oknum tertentu. Bagusnya pasang dulu elektroda ke Empat yang berwarna coklat di sela kelima bagian kiri, nah letak pastinya kita bagi dua dada kiri, diurut dari atas, nah pas ketemu sela kelima ceplokin aja disitu. Nah untuk elektroda ketiga yang berwarna hijau di ceplokin antara elektroda kedua dan keempat, jadi harusnya posisinya pas banget diatas tulang iga kelima. Untuk elektroda berwarna hitam atau yang kelima tetap di sela iga kelima namun digeser kearah ketiak, nah yang keenam atau yang berwarna ungu pas di pertengahan ketiak kiri, jadi letak yang sejajar mengikuti sela iga kelima adalah yang berwarna Coklat – Hitam – Ungu… he..he.. anda mengerti maksud saya kan…??

3. Elektroda tidak bersih
Elektroda yang terlapisi sesuatu mengakibatkan terhalangnya aliran listrik, jadi pastikan kebersihan lempeng logam dengan mengusapnya dengan alcohol terlebih dahulu, agar logam tidak tertutup atau terlapisi kotoran

4. Elektroda tidak menempel sempurna
Dalam hal ini penggunaan Jelly sangat dianjurkan, karena akan mengantar listrik lebih sempurna, juga akan mempermudah elektroda sedot menempel dengan sempurna. Pastikan juga bahwa ketika pemasangan elektroda di dada bukan diatas rambut-rambut dada, karena akan mempengaruhi hasil yang sebenarnya, jadi bila berambut, cukur dulu… pastikan semua elektroda menempel dengan sempurna sebelum dijalankan mesin EKG nya

5. Kontak dengan logam dan Radiasi
Sudahkah anda meminta pasien untuk menanggalkan perhiasan logam baik itu kalung, cincin, anting, jam tangan, ikat pinggang bahkan Handphone? Jika belum maka wajarlah hasil EKG anda berantakkan, karena adanya logam dan radiasi tertentu akan mengganggu aliran listrik dalam pemeriksaan jantung ini. Masih belum berhasil juga??? Anda terlupa bahwa pasien mengantongi uang koin logam. Masih belum berhasil juga?? Lihat tangan pasien memegang list logam ranjang, eh kakinya juga nempel dengan list ranjang, dan ternyata suami pasien juga memegangi pasien… he..he.. wajar aja gagal.

6. Pasien Gelisah
Cetlik..!!! gerak dikit aja EKG jadi seperti lagu anak-anak Naik-Naik Ke Puncak Gunung, jadi usahakan pasien dalam kondisi tenang. Lalu bagaimana misa pasien gelisah dan tak sadarkan diri? Baiknya diskusikan dengan dokter untuk pemberian obat penenang jika dianjurkan.
7. Trouble alat
Semua benar kok masih gagal? He..he.. coba cek lagi, jangan-jangan bukan alat EKG yang dipakai, jangan-jangan stop kontak belum dicolokin, jangan-jangan kertasnya habis atau terbalik memasangnya. Semua benar kok masih belum jalan juga…??? Nah kalau ini tergantung amal… (Piss…)
Selengkapnya...

Kamis, 19 Mei 2011

Penanganan Awal Luka Tertusuk Paku


Pernah tertusuk paku atau benda yang terbuat dari logam? Bisa di kaki, di tangan atau di bagian tubuh lainnya. Kali ini mencoba berbagi pengalaman pas dinas diruang Gawat Darurat, jadi ya karena ini cerita pengalaman, berarti gak ilmiah-ilmiah banget. Tapi saya akan berusaha mengingat dan menjelaskan secara ilmiah. Apa sih yang terbayang pertama kali ketika tertusuk paku??? Saya yakin setidaknya 8 dari 10 orang yang ditanya akan khawatir terkena tetanus, karena memang kita sudah diajarkan dari jaman dulu, yang namanya paku itu pasti berkarat, nah bakteri Clostridium tetani memang suka menempel disitu. Lalu apakah benda lain juga tidak bisa? Salah, semua benda bisa menjadi tempat perindukan kuman tetanus. Dulu sewaktu saya kuliah, saya pernah membaca sebuah artikel seorang profesor meninggal karena penyakit tetanus, selidik-punya selidik, eh ternyata kuman tersebut didapat ketika setelah makan profesor tersebut memakai tusuk gigi dan melukai gusinya, nah dari situlah pertama kali kuman tersebut masuk kedalam tubuh.

Untuk menghadapi luka tusuk, itu susah-susah gampang, kadang juga ribet tergantung jenis lukanya sih. Apabila tertusuk paku pada telapak kaki, yang harus pertama kita lakukan adalah dengan mencabut paku tersebut, berikutnya adalah proses membersihkan luka hingga benar-benar bersih. Pembersihan luka dimulai dengan memberikan anastesi lokal, lazimnya sih menggunakan lidocain, injeksikan mengelilingi sekitar luka tusukkan. Setelah itu, buat robekan luka secara teratur membentuk huruf “X” dengan titik tengah persilangan adalah luka tusuk (membuat robekan dilakukan pada luka tusuk yang sempit), lebar dan dalamnya menyesuaikan dengan dalamnya luka. Tujuan dibuat robekan luka adalah agar mempermudah pembersihan kotoran didalam luka tusuk. Setelah membuat robekan, siramlah dengan larutan H202, biasanya akan timbul buih, gosoklah dengan kuat, benar-benar digosok, sampai benar-benar bersih tak tertinggal bekas karat yang menempel ataupun kotoran yang masih tersisa. Ingat! Gosok dengan kuat, baru setelah benar-benar bersih, bilas luka dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% tekan-tekan sekitar luka hingga berdarah, tujuannya adalah untuk menghilangkan cairan H2O2 serta membersihkan luka. Langkah terakhir adalah sterilkan luka dengan cara menyiram dengan cairan IODINE (Betadhine).

Yang harus diingat untuk langkah berikutnya adalah, Clostridium tetani adalah jenis kuman anaerob, jadi hidup dengan kadar oksigen yang sangat sedikit, jadi HARAM hukumnya untuk membungkus luka atau menutup dengan kasa yang sangat rapat, sehingga sirkulasi udara terganggu. Biarkan luka tetap terbuka, karena hal tersebut akan menghambat pertumbuhan kuman tetanus jika ada, namun kebersihan lukan dan kesterilan luka juga perlu diperhatikan.

Pemberian Serum Anti Tetanus juga perlu dipertimbangkan untuk diberikan, namanya juga berjaga-jaga. Serum Anti Tetanus ada 2 jenis, nah sebagai perawat jika mendapat order untuk memberikan serum ini harus diperhatikan. Serum anti tetanus ada dua jenis, yang pertama adalah serum yang dibiakkan dari kuda (Anti Tetanus Serum), nah karena sifat kuda dengan manusia yang tentunya lain, maka sebelum menginjeksikan secara IM, maka harus dilakukan uji alergi obat (Skin test), caranya adalah dengan menggunakan spuit 1 cc, ambil 0,1 lalu encerkan dengan aquadest hingga 0,5 – 1 cc kemudian injeksikan dengan cara IC, lingkari dan tunggu 10 – 20 menit, bila tak muncul gejala gatal, panas atau kemerahan, maka aman untuk diinjeksikan, dan harus diingat, dosis dewasa dan anak-anak untuk obat ini berbeda. Serum yang kedua adalah serum yang dibiakkan menggunakan organ manusia (Tetagam), kalo penggunaan obat ini lebih mudah, bisa langsung diinjeksi secara IM, dan dosis dewasa maupun anak-anak sama, yaitu 1 ampul. Sebagai perawat, kita harus memberi pertimbangan yang jelas kepada pasien, secara harga Anti Tetanus Serum setengah harga dari Tetagam, namun kerugiannya harus di tes alergi terlebih dahulu, bila alergi, maka pemakaian Tetagam adalah harga mati.

Ini hanyalah catatan sebuah pengalaman saya, yang ketika dibenturkan dengan isu Undang-undang Keperawatan saya sudah melewati wewenang saya, tapi dimanapun sebagai seorang tenaga kesehatan, nyawa manusia tentunya lebih diutamakan , ketika situasi dan kondisi mewajibkan kita berlari, tak mungkin kita hanya merangkak. Semoga bermanfaat, Wallahu ‘alam Bi Shawab...
Selengkapnya...

Rabu, 18 Mei 2011

10 Kesalahan Perawat Dalam Memasang Infus


Mumpung masih hobi nulis, apa yang kepikir coba ditulis deh, kali aja ada manfaatnya. Terlepas dari urusan Undang-Undang Perawat yang masih harus terus kita perjuangkan, dan tentunya Undang-Undang Keperawatan adalah harga mati, gak boleh nawar sedikitpun. Selama ini memasang infus (IVFd – Intravenous Fluids), sudah menjadi keseharian tugas perawat. Terkadang memasang infus adalah hal yang gampang, kadang pula karena hal-hal sepele kita malah gagal memasangnya. Berikut sepuluh hal yang sering terlupa ataupun yang menjadi penyebab kita gagal dalam memasang infus
1. Salah Sudut
Hal penentu masuk dan tidaknya abocath kedalam pembuluh darah vena secara tepat tergantung dari perawat ketika dalam membuat sudut pemasangan ketika akan menusuk. Kemiringan jarum abocath tidak boleh terlalu besar, karena akan berimbas pecahnya pembuluh darah vena karena terjadi ruptur akibat tembusnya abocath pada bagian bawah vena. Sebaliknya sudut yang terlalu kecil mengakibatkan abocath hanya akan berjalan-jalan didalam kulit (dibawah permukaan kulit) tanpa mengenai pembuluh darah, dan tahukah anda, ini berasa sangat sakit sekali. Sebelum menusukkan abocath, perkirakan bahwa sudut yang kita buat adalah berkisar antara 40 hingga 60 derajat dari permukaan kulit pasien, tusukkanlah dan rasakan ketika ujung jarum menembus pembuluh darah, kurangi sedikit sudutnya sambil menarik sedikit jarum ketika darah sudah terlihat keluar dia penampung darah abocath, terus dorong selang abocath hingga habis, tarik jarum, tekan sedikit pada permukaan kulit tempat masuknya jarum agar darah tidak mengalir, masukkan selang ifus dan alirkan cairan.
2. Salah Ukuran Abocath
Pastikan selalu perhatikan ukuran pembuluh darah yang akan ditusuk dan perkirakan dengan ukuran abocath. Ingat, disini ilmu kirologi perawat sangat dibutuhkan. Ukuran jarum abocath berhitung terbalik, semakin kecil nomornya, semakin besar ukuran jarumnya, dan ukuran abocath untuk infus selalu genap. Untuk ukuran pasien Indonesia, pada orang dewasa lazimnya memakai abocath dengan ukuran 20 G, sedangkan pada anak-anak dimulai pada ukuran 24 G keatas. Yang perlu dicatat disini, ukuran jarum mempengaruhi jumlah cairan yang masuk, apabila pada kondisi pasien syok, maka jumlah cairan yang masuk pun harus dalam jumlah banyak dan cepat, makanya biasanya untuk pasien-pasien gawat dan memerlukan terapi cairan yang banyak dan cepat, biasanya menggunakan abocath berukuran 18 G, begitupun untuk calon pasien operasi biasanya menggunakan abocath dengan ukuran 18 G. Catatan penting disini, semakin besar ukuran jarum, maka panjang abocath juga semakin panjang, oleh karena itu perlu disesuaikan dengan pembuluh darah.
3. Salah Memilih Pembuluh Darah Vena
Kesalahan yang berikutnya adalah kesalahan dalam memilih pembuluh darah vena, yang harus diingat pemilihan pembuluh darah vena adalah dari ujung ke pangkal, dari punggung tangan semakin keatas. Pembuluh darah yang dicari pun harus dicari yang tidak bercabang dan tidak keriting, karena akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Vena yang kita pilih juga tidak boleh yang melewati persendian, karena akan mengakibatkan infus mudah macet.
4. Salah Cairan
Memasang infus adalah kerja kolaborasi perawat dengan profesi lain, namun sebagai perawat kita harus jeli, apakah cairan yang diorder benar-benar sesuai dengan kebutuhan serta kondisi pasien atau tidak, karena perawat adalah seseorang yang mendampingi pasien selama 24 jam. Pelajari apa saja yang terkandung dalam cairan infus tersebut, misalnya pada pasien dengan oedem harus membatasi garam, maka cairan NaCl harus dipertimbangkan, pada pasien DM penggunaan cairan Dextrose harus benar-benar diperhatikan, cairan-cairan dengan osmolaritas tinggi perlu dibatasi kadarnya. Hal terpenting, jangan sampai salah cairan yang masuk ke pasien, karena itu sangat merugikan dan membahayakan pasien.
5. Salah Pasien
Yang ini nih, jangan sampe lupa ya... kenali pasien anda dengan dilihat, diraba dan diterawang.. hehehe.. emang duit. Yang bener harus dilihat, ditanya dan diyakinkan...
6. Lupa Mengalirkan cairan dalam selang infus
Keteledoran yang lumayan sering terjadi adalah abocath sudah tertusuk tapi cairan belum siap... ini nih yang sering bikin berabe, dan kesannya tidak profesional. Buatlah sebuah ritual khusus dalam memasang infus, misal menusuk botol, mengalirkan cairan dalam selang melihat ada udara atau tidak baru gantungkan diatas tiang infus, jadikan itu adalah ritual pertama sebelum memasang infus, jadi walaupun pikiran kita sedang ruwet otak bawah sadar kita pasti akan melakukannya ketika memasang infus.
7. Lupa memotong Plaster
Ini nih yang gak kalah bikin bete... sudah siap semuanya eh.. plaster belum ada, repot kan jadinya. Masih nyambung dengan poin sebelumnya, pastikan memotong plaster adalah ritual kedua setelah mempersiapkan cairan dan selang, hitung bener-bener jumlah plaster, panjang pendeknya sudah tepat belum (sesuai ilmu kirologi) atau kalau memakai metode satu plaster apakah plaster sudah dibelah atau belum.
8. Lupa Melakukan Desinfeksi
Terkadang hal yang sepele begini bisa kelupaan loh... dengan pedenya kita menusukkan abocath, eh baru teringat belum di desinfeksi, hal ini bisa karena kita terlalu grogi, terlalu-buru-buru tau lupa bawak alatnya. What ever alasan kita, pokoknya melakukan desinfeksi sebelum menusukkan abocath itu wajib hukumnya, kan kasihan pasiennya....
9. Lupa Memakai Handscoon
Berbagai alasan ketika kita tidak memakai Handscoon, kadang lupa kadang juga sengaja. Memang terkadang kita tidak merasa nyaman memasang infus dengan memakai Handscoon, apalagi kalo pas lagi memasang plaster... huh lengket sana sini. Tapi demi keamanan serta kenyamanan kita dan pasien ini juga kudu dilakuin...
10. Lupa Berkomunikasi dengan Pasien
Dateng-dateng langsung Jus..... tanpa ba-bi-bu lagi... ini masih sering terjadi di negara kutub selatan sana (di negara kita gak lagi) perawat tanpa ada basa-basi, langsung nyiapin alat langsung tusuk sudah selesai pergi deh... yang ditusuk siapa ya...?? salah satu kelebihan ilmu kita adalah berkomunikasi.. karena komunikasi perawat adalah komunikasi yang menyembuhkan.. ingat, selalu pastikan pasien itu benar atau tidaknya dengan berkomunikasi, meminta ijin dengan berkomunikasi, dan merilekskan pasien dengan berkomunikasi.

Begitu deh rekan-rekan, ini Cuma cerita doang, tapi semoga bisa menjadi pelajaran bagi saya dan kita semua, karena kita pernah belajar dari kesalahan, tapi bodohnya kita bila mengulang kesalahan. Kalo banyak salah harap dikoreksi, mari kita belajar bersama menjadi perawat profesional. I’m Proud To Be A Nurse
Selengkapnya...

Senin, 16 Mei 2011

Asuhan Keperawatan Leptospirosis


Sembilan bulan lebih... rasanya terlalu lama dan sangat lama saya tidak berhadapan dengan pasien, bahkan nyaris setahun saya tidak update Blog saya ini, dunia perfesbukkan membuat saya lupa bahwa saya pernah menjadi Blogers (tukang ngeblog yang gak sukses), what ever lah... daripada numpuk aja dan gak berbekas kan mending di share ke semua, mengekspresi kesukaan yang pernah dimiliki... halah!!!

Dua tahun ini negara kita agak dihebohkan dengan adanya kasus Leptospirosis, sudah menyerang hingga 22 propinsi... sebenarnya Leptospirosis buka pemain baru, ini sudah lama sekali, banyak istilah orang menyebutnya, dari penyakit banjir, hingga penyakit kencing tikus. Dan memang demikian, dahulu kala memang penyakit ini mewabah diwaktu banjir namun apa dikata sekarang ini sudah muncul di hutan pinus... so what, penyakit pun ikut mode...

Sebelum muter jauh, baiknya kita kenal dulu apa itu Leptospirosis/Leptospira
I. Definisi
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia. Bakteri Leptospira dapat bertahan hingga satu bulan lho dalam air tawar, makanya mudah sekali menyebar ketika banjir atau tertular melalui air, namun dalam air laut, selokan dan cairan yang pekat dia gak bertahan dengan lama.

II. Sumber Penularan
Menurut literatur yang ada, Hewan yang menjadi sumber penularan adalah tikus (rodent), babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, serangga, burung, kelelawar, tupai dan landak. Sedangkan penularan langsung dari manusia ke manusia jarang terjadi. biasanya kita lebih curiga dengan yang namanya tikus, tikus kencing di air dan menular deh melalui air, tapi nampaknya hal tersebut perlu dikaji lagi mengingat menumpuknya kasus di akhir-akhir ini...

III. Cara Penularan
Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira. Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.

IV. Gejala Klinis

Stadium Pertama
1. Demam menggigil
2. Sakit kepala
3. Malaise
4. Muntah
5. Konjungtivitis
6. Rasa nyeri otot betis dan punggung
7. Gejala-gejala diatas akan tampak antara 4-9 hari

Gejala yang Kharakteristik
1. Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada mata)
2. Rasa nyeri pada otot-otot Stadium Kedua
3. Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita
4. Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama
5. Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan terjadi meningitis.
6. Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat.

Komplikasi Leptospirosis
Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6
Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.
Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.
Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.
Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).
Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.

V. Pengkajian
Dalam hal ini, yang perlu dilakukan perawat adalah mengkaji TTV, riwayat penyakit lampau, tanyakan keluhan klien. Gejala klinis leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti influensa, meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah dengue dan demam virus lainnya, sehingga seringkali tidak terdiagnosis. Keluhan-keluhan khas yang dapat ditemukan, yaitu: demam mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya, mual, muntah, nafsu makan menurun dan merasa mata makin lama bertambah kuning dan sakit otot hebat terutama daerah betis dan paha.hal tersebut perlu dicermati oleh perawat.. dan tentunya harus hati-hati dalam menegakkan diagnosa, mengingat hampir ada kemiripan gejala klinis yang terjadi. wajib dianamnesa tentang riwayat bepergian, riwayat luka, riwayat terkena banjir, riwayat pekerjaan (petani lebih beresiko). satu hal yang harus diingat gunakan HANDSCOON sewaktu anamnesa...

VI. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
Hipertermi
Kurang Cairan
Gangguan Pertukaran Gas
Nyeri


VII. Perencanaan dan Tindakan
Pantau TTV
Pantau kebutuhan cairan dan elektrolit (gangguan Ginjal dan Jantung)
Berkolaborasi dalam pemberian antibiotik
Kompres Bila perlu
dan perencanaan lain sesuai gejala yang muncul...

kurang lebihnya seperti itu, jika ada usulan yang perlu ditambahkan monggo saja... saya baru bertemu dengan pasiennya tapi belum pernah merawatnya, jadi ya masih sebatas pengetahuan tekstual... biasanya kalo sudah pengalaman lebih mengena...

Tambahan:
Penkes yang perlu diberikan kepada warga sekitar meliputi:
Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
Mencucui tangan dengan sabun sebelum makan.
Mencucui tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.
Melindungi pekerja yang berisiko tinggi terhadap leptospirosis (petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan, dan lain-lain) dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan.
Menjaga kebersihan lingkungan
Membersihkan tempat-tempat air dan kolam renang.
Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung.
Menghindari pencemaran oleh tikus.
Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus
Meningkatkan penangkapan tikus.
Selengkapnya...